Kisah Cinta yang mengharukan...
Riyan dan Shinta adalah sepasang kekasih yang serasi
walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya.
Keluarga Shinta berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan,sedangkan
keluarga Riyan hanyalah keluarga seorang pedagan yang menggantungkan
kehidupannya pada sebuah toko kecil yang berada di dpn rumahnya.
Dalam kehidupan mereka berdua, Riyan sangat mencintai
Shinta. Riyan telah melipat 1000 buah burung kertas untuk Shinta dan Shinta
kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap
burung kertas tersebut Riyan telah menuliskan harapannya kepada Shinta. Banyak
sekali harapan yang telah Riyan ungkapkan kepada Shinta.“Semoga kita selalu saling menyayangi satu sama
lain” ,”Semoga Tuhan
melindungi Shinta dari bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang
bahagia”,dsb. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas
yang diberikan kepada Shinta.
Suatu hari Riyan melipat burung kertasnya yang ke 1001.
Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda
dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini,
Riyan berkata kepada Shinta:
“Shinta, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam
burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku
dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita
dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita
berdua ! “
Saat mendengar Riyan berkata demikian,Shinta meneteskan air
mata. Ia berkata kepada Riyan:
“Yan.., senang sekali aku mendengar semua itu,
tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku
butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!”
Saat mendengar itu Riyan pun bak disambar geledek. Ia kemudian
mulai marah kepada Shinta. Ia mengatai Shinta matre, orang tak berperasaan,
kejam, dan sebagainya. Dan Akhirnya Riyan meninggalkan Shinta menangis seorang
diri.
Riyan mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam
dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap Shinta dijadikannya
cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Riyan menunjukkan hasilnya. Ia
diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah
diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian
ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal
Riyan, ia adalah bintang kesuksesan.
Suatu hari Riyan pun berkeliling kota dengan mobil barunya.
Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya
hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Riyan pun penasaran
dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri
itu adalah orang tua Shinta.
Riyan mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua
orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Riyan membatalkan
niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua Shinta.
Riyan sangat terkejut ketika didapati orang tua Shinta
memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin
terkejut ketika ia mendapati foto Shinta dalam makam itu. Riyan pun bergegas
turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam Shinta untuk menemui orang tua Shinta.
Orang tua Shinta pun berkata kepada Riyan:
”Nak Riyan.., sekarang kami jatuh miskin. Harta
kami habis untuk biaya pengobatan Shinta yang terkena kanker rahim ganas.
Shinta menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami
bertemu denganmu.”
Orang tua Shinta menyerahkan sepucuk surat kumal kepada
Riyan.
Riyan membaca surat itu.
“Riyan.., maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku
terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin
mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu
jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputus-asaan yang akan membawa
hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu yan.., karena itu aku lakukan
ini. Aku mencintaimu Yan……….. “
Setelah membaca surat itu, menangislah Riyan. Ia telah
berprasangka terhadap Shinta begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa
hati Shinta teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan
tak berperasaan. Ia merasakan betapa Shinta kesepian seorang diri dalam
kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa Shinta mengharapkan kehadirannya
di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap
Shinta sebagai orang matre tak berperasan. Shinta telah berkorban untuknya agar
ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.Riyan pun menyesal dengan apa
yang telah dia lakukan pada shinta sebelumnya. Dan akhrnya cinta mereka tidak
dapat menyatu..... sekarang yg ada pada diri Riyan hanya ada Penyesalan...
ku
menangis tanpa air mata . .
bahagia
tanpa senyuman ..
terlalu
sering semua berganti ..
segala
apa ku hadapi .. tiap detik tanpa arti ..
masih
adakah makna.. bila kebahagiaan telah pergi ??
semua
kebahagiaan ku telah lenyap ..
ku
berhenti .. tersesat lagi .. tlah hilang arti ..
tanpa
cinta .. ...