Kupejamkan mata ini, dan pikiran ku melayangkan pada kejadian yang kemarin, sangat menyekat dihati. Dalam pejaman mataku, sedikit demi sedikit air mataku jatuh. Aku merasakan suatu perasaan yang begitu mendalam dan menyakitkan saatku mengingatnya. Entah kepada siapa aku bisa mencurahkan semua keluh kesah hati ini, kegundahan hati ini, aku tak tahu. Aku hanya menyimpannya dalam hati ini dan terus menerus merasakan perihnya. Ya, walaupun aku tetap bisa tersenyum dihadapan semua orang, namun tak satu pun orang yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik senyumku.
Suatu penyesalanku yang amat terdalam ketika aku menyia-nyiakan kasih sayang seorang laki-laki yang begitu sayang sama aku. Dia selalu memberikanku semangat, perhatian, dan kasih sayang. Selalu mengerti keadaanku dan apa yang aku butuhkan. Sesibuk apapun dia, selalu ada waktu untuk mengingatkan untuk makan, jaga kesehatan, dan semangat yang tak pernah pudar. Dia sangat baik dan aku sangat nyaman bersama dia.
1 bulan lebih aku berhubungan dengan dia dan komunikasi tak pernah putus. Walaupun aku dan dia belum memiliki status hubungan yang jelas. Yang pastinya aku dan dia sama-sama saling sayang. Aku yang sedikit sensitif, dan selalu butuh perhatian dari dia, apabila dia sedikit berubah, aku mulai menangis dan ngambek. Terkadang aku suka egois, tidak mengerti keadaannya yang selalu bekerja. Tapi, walaupun konflik terjadi, dia selalu berusaha untuk meredakan konflik itu. Dia lelaki yang terbaik dan mulia.
Namun, suatu kesalahan fatal telah ku perbuat. Pada saat itu, aku pergi mengikuti Kongres Serikat Mahasiswa ke Puncak. Aku pamit, dia selalu mengingatkan ku untuk menjaga kesehatan dan makan. Selama di Kongres aku begitu sibuk. Aku jarang memainkan hp ku. Bahkan untuk bbm sama dia, sangat sedikit waktunya. Namun, aku tetap mengingatnya untuk makan dan bercerita tentang kegiatanku dengan dia.
Pada hari menjelangnya berakhirnya Kongres, malamnya aku benar-benar sibuk. Banyak tugas yang harus aku selesaikan. Aku sempat bbm dia, bahwa aku akan sibuk. Dia pun mengerti keadaanku, dia tetap mengingatku untuk makan dan jaga kesehatan. Kondisiku benar-benar sangat fokus selama kongres itu berlangsung. Tidurpun aku jam 03.00 WIB, terus lanjut lagi pukul 08.00 WIB.
Dari pagi hingga siang, aku memang tidak ada mengabarin dia. Aku sibuk dengan kegiatanku. Ya, begitulah aku, jika aku sibuk, aku pasti melupakan segalanya. Karena bagiku karir dan pendidikan itu nomor satu. Prinsip itu terus aku pakai hingga saat ini. Aku memang sengaja tidak mengabarinya, karena pada saat itu aku berfikir lebih baik selesai kongres ini aku akan mengabarinnya.
Handphone aku bergetar, setitik lampu kecil di handphoneku menyala warna merah bertanda ada bbm yang masuk. Kemudian aku buka isinya: “Bete gw, apa salahnya bbm sekali atau dua kali geto ?”. Melihat isi bbm seperti itu, emosiku terpancing dan aku membalas bbm itu dengan ketus. Perselisihan antara aku dan dia terjadi, semuanya tampak emosi. Perasaanku saat itu sangat kesal dan pengennya marah. Ntah itu karena aku kecapean ntah karena apalah, aku jadi sangat emosi.
Kongres selesai, aku dan yang lainnya peacking untuk balik lagi ke Jakarta. Sepanjang perjalanan pulang, aku masih saja emosi. Pikiranku rasanya sangat kacau, semuanya dipenuhi dengan rasa emosi yang meluap-luap. Sedikit senyuman tidak ada aku lukiskan, begitu pula wajah yang ceria tidak ada mengisi waktu ku saat itu.
Sesampainya di kostan, aku merebahkan tubuh di atas kasur dan menarik nafas dalam-dalam. Aku mengecash handphoneku yang sudah habis batrei. Tiba-tiba aku melamun, memikirkan dia, dan memikirkan masalah tadi. Aku menuliskan kata-kata di facebook ” Kita belum jadian, terserah anda mau menilai aku apa? Aku memang cewek supersibuk. Setelah anda melihat aku sebenarnya, kalau anda ingin mencari cewek lagi ya silahkan itu hak anda. Karir dan pendidikanku nomor satu, masih banyak yang ingin aku capai”.
Aku tidak tahu, itu tulisan menyakitkan atau tidak. Ketika aku membuka bbm ku, aku terkejut melihat status dia ” kandas di tengah jalan”. Aku tersentak, dan langsung bbm dia. Aku meminta maaf atas khilafanku tadi, air mataku terjatuh sambil memencet tombol-tombol yang ada di handphoneku.
Akan tetapi, respon dia biasa aja “untuk apa minta maaf, aku yang salah, aku egois. Kamu benar banyak yang harus kamu capai, aku gak mau jadi penghalang kamu. Pelajaran harus nomor satu, dan pacaran nomor 2. Gak ada ada yang mesti di minta maaf. Semuanya memang sudah kandas ditengah jalan”
Air mataku bercucuran, aku seolah-olah merasa kehilangan dia saat ku membaca kalimat yang ditulisnya. Aku benar-benar merasa bersalah dan aku menyesal atas sikapku yang egois. Sumpah, aku tidak menyadari apa yang telah aku perbuat dengan dia hingga dia menjadi berubah denganku. Rasanya semuanya benar-benar sudah hilang, sudah kandas. Aku tidak tahu apa aku bisa bersama dia ? Ataukah benar semuanya memang harus kandas. Hingga saat ini semuanya berubah, dia seakan sudah pergi. Walaupun aku dan dia masih tetap bbm, tapi semuanya tidak sehangat dan seindah hari sebelumnya.
Tidak ada lagi dirinya yang selalu mengirimkan Voice note dipagi hari, semangatin aku saat pergi kuliah, menghibur aku waktu aku sedih, mengetok kepalaku kalau aku diet, mengomelinku bila aku malas makan, dan yang suka eksis. Aku sangat bersyukur mengenal dia dan sepenuhnya aku sangat menyayangi dia setulus hati. Aku selalu berdoa, kalau aku bisa tetap bersama dia dalam waktu yang cukup lama. Tapi Tuhan memiliki rencana lain,semuanya harus kandas dan hancur.
0 komentar:
Posting Komentar